BAB I
PENDAHULUAN
Definisi
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan
tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi
yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit
dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa
inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi
yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru
disebut infeksi nosokomial 1,2,3,4
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Rumah
Sakit
Rumah sakit
merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam
jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan
untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga
merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun
dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan
berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, lantai, makanan dan
benda-benda medis maupun non medis. Terjadinya infeksi nosokomial akan
menimbulkan, antaralain:
· Lama hari perawatan bertambah
· Panjang penderitaan bertambah
· Biaya meningkat
Dari hasil
studi deskriptif Suwarni, di semua rumah sakit di Yogyakarta tahun 1999
menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi nosokomial berkisar antara 0,0% hingga
12,06%, dengan rata-rata keseluruhan 4,26%. Untuk rerata lama perawatan
berkisar antara 4,3 – 11,2 hari, dengan rata-rata keseluruhan 6,7 hari. Setelah
diteliti lebih lanjut maka didapatkan bahwa angka kuman lantai ruang perawatan
mempunyai hubungan bermakna dengan infeksi nosokomial.8
Selama 10-20 tahun belakang ini telah banyak perkembangan yang telah dibuat untuk mencari masalah utama terhadap meningkatnya angka kejadian infeksi nosokomial di banyak negara, dan dibeberapa negara, kondisinya justru sangat memprihatinkan. Keadaan ini justru memperlama waktu perawatan dan perubahan pengobatan dengan obat-obatan mahal, serta penggunaan jasa di luar rumah sakit. Karena itulah, dinegara-negara miskin dan berkembang, pencegahan infeksi nosokomial lebih diutamakan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien dirumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.
Selama 10-20 tahun belakang ini telah banyak perkembangan yang telah dibuat untuk mencari masalah utama terhadap meningkatnya angka kejadian infeksi nosokomial di banyak negara, dan dibeberapa negara, kondisinya justru sangat memprihatinkan. Keadaan ini justru memperlama waktu perawatan dan perubahan pengobatan dengan obat-obatan mahal, serta penggunaan jasa di luar rumah sakit. Karena itulah, dinegara-negara miskin dan berkembang, pencegahan infeksi nosokomial lebih diutamakan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien dirumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.
Di beberapa
bagian, terutama di bagian penyakit dalam, terdapat banyak prosedur dan
tindakan yang dilakukan baik untuk membantu diagnosa maupun memonitor
perjalanan penyakit dan terapi yang dapat menyebabkan pasien cukup rentan
terkena infeksi nosokomial. Pasien dengan umur tua, berbaring lama, atau
beberapa tindakan seperti prosedur diagnostik invasif, infus yang lama dan
kateter urin yang lama, atau pasien dengan penyakit tertentu yaitu penyakit
yang memerlukan kemoterapi, dengan penyakit yang sangat parah, penyakit
keganasan, diabetes, anemia, penyakit autoimun dan penggunaan imuno supresan
atau steroid didapatkan bahwa resiko terkena infeksi lebih besar.Sumber
penularan dan cara penularan terutama melalui tangan dan dari petugas kesehatan
maupun personil kesehatan lainnya, jarum injeksi, kateter iv, kateter urin,
kasa pembalut atau perban, dan cara yang keliru dalam menangani luka. Infeksi
nosokomial ini pun tidak hanya mengenai pasien saja, tetapi juga dapat mengenai
seluruh personil rumah sakit yang berhubungan langsung dengan pasien maupun
penunggu dan para pengunjung pasien.
Epidemiologi
Infeksi
nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di Negara
miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi masih
menjadi penyebab utama. Suatu penelitian yang yang dilakukan oleh WHO
menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal
dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan adanya
infeksi nosokomial dengan Asia Tenggara sebanyak 10,0%.3.Walaupun ilmu
pengetahuan dan penelitian tentang mikrobiologi meningkat pesat pada 3 dekade
terakhir dan sedikit demi sedikit resiko infeksi dapat dicegah, tetapi semakin
meningkatnya pasien-pasien dengan penyakit immunocompromised, bakteri yang
resisten antibiotik, super infeksi virus dan jamur, dan prosedur invasif, masih
menyebabkan infeksi nosokomial menimbulkan kematian sebanyak 88.000 kasus
setiap tahunnya walaupun.4
Selain itu, jika kita bandingkan kuman yang ada di masyarakat, mikroorganisme yang berada di rumah sakit lebih berbahaya dan lebih resisten terhadap obat, karena itu diperlukan antibiotik yang lebih poten atau suatu kombinasi antibiotik. Semua kondisi ini dapat meningkatkan resiko infeksi kepada si pasien.
Selain itu, jika kita bandingkan kuman yang ada di masyarakat, mikroorganisme yang berada di rumah sakit lebih berbahaya dan lebih resisten terhadap obat, karena itu diperlukan antibiotik yang lebih poten atau suatu kombinasi antibiotik. Semua kondisi ini dapat meningkatkan resiko infeksi kepada si pasien.
BAB II
ISI
ISI
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan
tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi
yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit
dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa
inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi
yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru
disebut infeksi nosokomial 1,2,3,4
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Macam-Macam Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial
Yaitu :
A. Agen yang menginfeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme
selama ia dirawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam
mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya
faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan
terjadinya infeksi tergantung pada 3 yaitu:
§ Karakteristik mikroorganisme,
§ Resistensi terhadap zat-zat antibiotika,
§ Tingkatvirulensi,dan banyaknya materi infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan
parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh
mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan
oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan
infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor
eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan
benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah
sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada
pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang
normal.
Agen yang menginfeksi antara lain:
1) Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh
manusia yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi
tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat
menyebabkan infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah
terhadap mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai
sebagai penyebab infeksi saluran kemih.
Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik.Contohnya:
Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik.Contohnya:
§ Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangren
§ Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di
kulit dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan
infeksi pembuluh darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
§ Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli,
Proteus, Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan di air
dan penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan pasien
yang dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari
semua infeksi di rumah sakit.
§ Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka
bekas jahitan, paru, dan peritoneum.
2) Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh
berbagai macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan
dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus
(RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut
atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian
jarum suntik, dan transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti
mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus
respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus,
herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan.3,11
3) Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular
dengan mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat
timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan,
contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus
neoformans, Cryptosporidium.
B. Respon dan toleransi tubuh pasien
Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon
tubuh pasien dalam hal ini adalah:
o Umur
o Status imunitas penderita
o Penyakit yang diderita
o Obesitas dan malnutrisi Orang yang
menggunakan obat-obatan immunosupresan dan steroid
o Intervensi yang dilakukan pada tubuh
untuk melakukan diagnosa dan terapi.
Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan
resistensi tubuh terhadap infeksi kondisi ini lebih diperberat bila penderita
menderita penyakit kronis seperti tumor, anemia, leukemia, diabetes mellitus,
gagal ginjal, SLE dan AIDS. Keadaan-keadaan ini akan meningkatkan toleransi
tubuh terhadap infeksi dari kuman yang semula bersifat opportunistik.
Obat-obatan yang bersifat immunosupresif dapat menurunkan pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Banyaknya prosedur pemeriksaan penunjang dan terapi seperti
biopsi, endoskopi, kateterisasi, intubasi dan tindakan pembedahan juga
meningkatkan resiko infeksi. Resiko infeksi TipepasienMinimal Tidak
immunocompromised, tidak ditemukan terpapar suatu penyakit. Sedang Pasien yang
terinfeksi dan dengan beberapa factor resiko. Berat pasien dengan
immunocompromised berat, (5 µm. Contohnya bacterial meningitis, dan diphtheria
memerlukan hal sebagai berikut; Ruangan tersendiri untuk tiap pasiennya. Masker
untuk petugas kesehatan. Pembatasan area bagi pasien; pasien harus memakai masker
jika meninggalkan ruangan.
Infeksi yang terjadi karena kontak secara langsung atau
tidak langsung dengan penyebab infeksi. Penularan infeksi ini dapat melalui
tangan, kulit dan baju, seperti golongan staphylococcus aureus. Dapat juga
melalui cairan yang diberikan intravena dan jarum suntik, hepatitis dan HIV.
Peralatan dan instrumen kedokteran. Makanan yang tidak steril, tidak dimasak
dan diambil menggunakan tangan yang menyebabkan terjadinya cross infection.
C. Resistensi Antibiotika
Seiring dengan penemuan dan penggunaan antibiotika
penicillin antara tahun 1950-1970, banyak penyakit yang serius dan fatal ketika
itu dapat diterapi dan disembuhkan. Bagaimana pun juga, keberhasilan ini
menyebabkan penggunaan berlebihan dan pengunsalahan dari antibiotika. Banyak
mikroorganisme yang kini menjadi lebih resisten. Meningkatnya resistensi
bakteri dapat meningkatkan angka mortalitas terutama terhadap pasien yang
immunocompromised. Resitensi dari bakteri di transmisikan antar pasien dan
faktor resistensinya di pindahkan antara bakteri. Penggunaan antibiotika yang
terus-menerus ini justru meningkatkan multipikasi dan penyebaran strain yang
resistan. Penyebab utamanya karena:
1. Penggunaan antibiotika yang tidak
sesuai dan tidak terkontrol
2. Dosis antibiotika yang tidak optimal
3. Terapi dan pengobatan menggunakan
antibiotika yang terlalu singkat
4. Kesalahan diagnosa
Banyaknya pasien yang mendapat obat antibiotika dan
perubahan dari gen yang resisten terhadap antibiotika, mengakibatkan timbulnya
multiresistensi kuman terhadap obat obatan tersebut. Penggunaan antibiotika
secara besar-besaran untuk terapi dan profilaksis adalah faktor utama
terjadinya resistensi. Banyakstrainsdaripneumococci,staphylococci, enterococci,
dan tuberculosis telah resisten terhadap banyak antibiotikaa, begitu juga
klebsiella dan pseudomonas aeruginosa juga telah bersifat multiresisten.
Keadaan ini sangat nyata terjadi terutama di negara-negara berkembang dimana
antibiotika lini kedua belum ada atau tidak tersedia.Infeksi nosokomial sangat
mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas di rumah sakit, dan menjadi sangat
penting karena:
a. Meningkatnya jumlah penderita yang
dirawat
b. Seringnya imunitas tubuh melemah
karena sakit, pengobatan atau umur
c. Mikororganisme yang baru (mutasi)
d. Meningkatnya resistensi bakteri
terhadap antibiotika
D. Faktor alat
Dari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial tertama
disebabkan infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus, infeksi saluran
nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia. Pemakaian infus
dan kateter urin lama yang tidak diganti-ganti. Diruang penyakit dalam,
diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infus. Komplikasi kanulasi
intravena ini dapat berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi.
Komplikasi
tersebut berupa:
Ø Ekstravasasi infiltrat : cairan infus masuk ke jaringan sekitar
insersi
Ø kanulaPenyumbatan : Infus tidak berfungsi sebagaimana mestinya tanpa
dapat dideteksi adanyangangguan lain
Ø Flebitis : Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri sepanjang vena
Ø Trombosis : Terdapat pembengkakan di sepanjang pembuluh vena yang
menghambat aliran infuse
Ø Kolonisasi kanul : Bila sudah dapat dibiakkan mikroorganisme dari
bagian kanula yang ada dalam pembuluh darah
Ø Septikemia: Bila kuman menyebar hematogen dari kanul
Ø Supurasi : Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar insersi kanul
Beberapa faktor dibawah ini berperan dalam meningkatkan komplikasi
kanula intravena yaitu:
Ø jenis kateter,
Ø ukuran kateter,
Ø pemasangan melalui venaseksi,
Ø kateter yang terpasang lebih dari 72 jam,
Ø kateter yang dipasang pada tungkai bawah, tidak mengindahkan pronsip
anti sepsis,
Ø cairan infus yang hipertonik dan darah transfusi karena merupakan
media pertumbuhan mikroorganisme,
Ø peralatan tambahan pada tempat infus untuk pengaturan tetes obat,
Ø manipulasi terlalu sering pada kanula. Kolonisasi kuman pada ujung
kateter merupakan awal infeksi tempat infus dan bakteremia
Penyakit yang disebabkan
oleh infeksi nosokomial
v Infeksi
saluran kemih
Infeksi ini merupakan kejadian tersering, sekitar 40%
dari infeksi nosokomial, 80% infeksinya dihubungkan dengan penggunaan kateter
urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat menyebabkan terjadinya
bakteremia dan mengakibatkan kematian. Organisme yang biaa menginfeksi biasanya
E.Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau Enterococcus. Infeksi yang
terjadi lebih awal lebih disebabkan karena mikroorganisme endogen, sedangkan
infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya karena
mikroorganisme eksogen.
Penyebaran
penyakit melalui jarum suntik maka diperlukan:
1. Pengurangan penyuntikan yang kurang
diperlukan
2. Pergunakan jarum steril
3. Penggunaan alat suntik yang
disposabel.
Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang
ditularkan melalui udara. Begitupun dengan pasien yang menderita infeksi
saluran nafas, mereka harus menggunakan masker saat keluar dari kamar
penderita. Sarung tangan, sebaiknya digunakan terutama ketika menyentuh darah,
cairan tubuh, feses maupun urine. Sarung tangan harus selalu diganti untuk tiap
pasiennya. Setelah membalut luka atau terkena benda yang kotor, sarung tangan
harus segera diganti.Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan
pakaian selama kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah penularan infeksi
dari percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses.
Pencegahan
penularan infeksi
1. Pembersihan yang rutin sangat
penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih dan benar-benar bersih
dari debu, minyak dan kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90 persen dari kotoran
yang terlihat pasti mengandung kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk
membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi,
dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali. Pengaturan udara yang baik
sukar dilakukan di banyak fasilitas kesehatan. Usahakan adanya pemakaian
penyaring udara, terutama bagi penderita dengan status imun yang rendah atau
bagi penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan
pengaturan udara yang baik akan lebih banyak menurunkan resiko terjadinya
penularan tuberkulosis. Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas
penyaring air dan menjaga kebersihan pemrosesan serta filternya untuk
mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan
prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas matahari.Toilet rumah sakit
juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare untuk mencegah
terjadinya infeksi antara pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan
diberi disinfektan. Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan
antara pasien.Disinfeksi yang dipakai adalah:
a. Mempunyai kriteria membunuh kuman
b. Mempunyai efek sebagai detergen
c. Mempunyai efek terhadap banyak
bakteri, dapat melarutkan minyak dan protein.
d. Tidak sulit digunakan
e. Tidak mudah menguap
f. Bukan bahan yang mengandung zat yang
berbahaya baik untuk petugas maupun pasien
g. Efektif
h. Tidak berbau, atau tidak berbau tak
enak
2. Perbaiki ketahanan tubuh
Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen
oportunis, ada pula bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam
proses fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad
renik patogen serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik
komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna
manusia. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang dapat
mengendalikan jasad renik oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas,
sehingga dapat dipakai dalam mempertahankan ketahanan tubuh tersebut pada
penderita penyakit berat. Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri
oportunis pada penderita penyakit berat dapat diatasi tanpa harus menggunakan
antibiotika.
3. Ruangan Isolasi
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah
dengan membuat suatu pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama
untuk penyakit yang penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan
SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat. Penularan yang melibatkan virus,
contohnya DHF dan HIV. Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi rendah eperti
leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu diisolasi agar terhindar
dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan tangan dan makanan, peralatan kesehatan
di dalam ruang isolasi juga sangat penting. Ruang isolasi ini harus selalu
tertutup dengan ventilasi udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu pasien
berada dalam satu ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa
dan penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah
apa-apa selama mereka menderita penyakit yang sama.
BAB III
KESIMPULAN
v Faktor- faktor yang menyebabkan perkembangan infeksi nosokomial
tergantung dari agen yang menginfeksi, respon dan toleransi tubuh, faktor lingkungan,
resistensi antibiotika, dan faktor alat.
v Agen Infeksi yang kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada:
karakteristik mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat
virulensi, dan banyaknya materi infeksius. Respon dan toleransi tubuh pasien
dipengaruhi oleh: Umur, status imunitas penderita, penyakit yang diderita,
obesitas dan malnutrisi, orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan dan
steroid, intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi.
Faktor lingkungan dipengaruhi oleh padatnya kondisi rumah sakit, banyaknya
pasien yang keluar masuk, penggabungan kamar pasien yang terkena infeksi dengan
pengguna obat-obat immunosupresan, kontaminasi benda, alat, dan materi yang
sering digunakan tidak hanya pada satu orang pasien. Resistensi Antibiotika
disebabkan karena: Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak
terkontrol, dosis antibiotika yang tidak optimal, terapi dan pengobatan
menggunakan antibiotika yang terlalu singkat, dan kesalahan diagnosa. Faktor
alat, dipengaruhi oleh pemakaian infus dan kateter urin lama yang tidak
diganti-ganti.
v Macam penyakit yang disebabkan oleh infeksi nosokomial, misalnya
Infeksi saluran kemih. Infeksi ini merupakan kejadian tersering, dihubungkan
dengan penggunaan kateter urin. Nosokomial pneumonia, terutama karena pemakaian
ventilator, tindakan trakeostomy, intubasi, pemasangan NGT, dan terapi
inhalasi. Nosokomial bakteremi yang memiliki resiko kematian yang sangat
tinggi.
v Mencegah penularan dari lingkungan rumah sakit terutama dari
dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan
alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar