BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia perkembangan bidan tidak terlalu pesat, hal
ini dapat dilihat dari sejak di mulainya pelayanan kebidanan dari tahun 1853
sampai saat ini. Perkembangan pelayanan belum dapat mencapai tingkat yang
profesional.
Pelayanan kebidanan yang diberikan lebih banyak ditujukan
kepada ibu dan anak, baik kesehatan fisik maupun psikologisnya. Ibu dan anak
ini berada dalam suatu keluarga yang ada dalam masyarakat. Bidan sebagai
pelaksana utama yang memberikan pelayanan kebidanan diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.
Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi
dan menolong ibui yang melahirkan. Peran dan posisi bidan di masyarakat sangat
di hargai dan di hormati karna tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat,
membesarkan hati, mendampingi serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu
dapat merawat bayi nya dengan baik.
Bidan sejak dahulu telah menunjukkan sikap etika moral
yang tinggi dan takwa kepada tuhan dengan membela orang – orang yang berada
dalam posisi yang lemah.
Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas
dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosopis yang di anut, keilmuan,
metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.
1.2. Tujuan Penulisan
Agar pembaca dapat mempelajari dan memahami sejarah
perkembangan pelayanan kebidanan yang terjadi dalam lingkup nasional.
1.3.
Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah perkembangan pelayanan bidan di
Indonesia ?
BAB II
ISI
2.1. Sejarah Perkembangan Pelayanan Kebidanan
Indonesia
Sejarah pelayanan kebidanan di Indonesia terjadi secara
tidak langsung melalui usaha mengurangi angka kematian karena cacar. Pencacaran
pertama di Indonesia dilakukan sekitar 1804, setelah Yenner di Inggris menemukan
vaksin cacar tahun 1798. Karena tenaga untuk melakukan pencacaran dirasakan terlalu
mahal untuk didatangkan dari negeri Belanda, maka didirikanlah Sekolah Dokter
Jawa tahun 1851.
Saat itu ilmu kebidanan belum merupakan pelajaran. Baru tahun
1889 oleh ilmu
Kebidanan diberikan dengan sukarela. Bila dibandingkan dengan angka kematian
akibat cacar, angka kematian ibu bersalin sebenarnya jauh lebih tinggi. Pemerintah
Belanda kurang memperhatikan tingginya angka kematian ibu karena tidak berpengaruh
terhadap kehadiran Belanda sebagai penjajah.
Bidang
pelayanan kebidanan masih memerlukan perhatian. Angka kematian ibu dan pranatal yang tinggi sebagian besar
akibat pertolongan persalinan dukun di seluruh Indonesia. Dukun
beranak memang belum mampu diganti dalam waktu relatif singkat karena masih
mendapat kepercayaan masyarakat. Kematian ibu dan perinatal mempunyai peluang
yang sangat besar untuk dihindari.
Pelayanan
kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan
kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak.
Layanan kebidan oleh bidan
meliputi:
1.
Layanan
kebidanan primer,yakni layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab
bidan.
2.
Layanan
kolaborasi,yakni layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara
bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.
3.
Layanan
kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab layanan oleh bidan
kepada sistem layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun pengambil
alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya
seperti rujukan.
Pada zaman pemerintahahan Hindia Belanda,angka
kematian ibu dan anak sangat tinggi.Tenaga penolong persalinan adalah dukun
bayi yang tidak terlatih secara medis. Pada tahun 1807 yakni pada zaman pemerintahahan Gubernur
Jenderal Hendrik William Daendels,para dukun bayi dilatih untuk pertolongan
persalinan,akan tetapi hal ini tidak berlanjut karena tidak ada pelatih bidan.
Pada saat itu,pendidikan yang
diberikan kepada para dukun bayi cenderung berorientasi pada kesehatan
masyarakat,seperti halnya promosi kesehatan masyarakat,seperti halnya promosi
kesehatan yang diberikan oleh bidan desa pada para dukun bayi, yakni lebih banyak
kecenderungan ilmu kesehatan masyarakat dari pada pelayanan individu mengenai
teknik pelayanan persalinan yang
sehat.Tentu saja hal ini akan berbeda bila diberikan pendidikan itu
berorientasi pada individu seperti yang dilakukan oleh bidan rumah sakit yang
memberikan pelayanan poliklinik, antenatal, gangguan kesehatan
reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang
perinatal.
Perkembangan pelayanan kebidanan
berkembang pesat dari tahun ke tahun,demikian rupa sehingga sampai pada suatu
titik tolak baru, sejak
adanya konferensi kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994. Pada konferensi itu diputuskan
adanya penekanan pada reproductive health
(kesehatan reproduksi), yang oleh karenanya memperluas area garapan
pelayanan bidan.
Area tersebut ialah :
1. Safe
motherhood, termasuk
bayi baru lahir dan perawatan abortus.
2. Family
planning.
3. Penyakit menular seksual
termasuk infeksi saluran alat reproduksi.
4. Kesehatan Reproduksi
Remaja.
5. Kesehatan Reproduksi pada
orang tua.
Dalam hal ini di dalam melaksanakan
peran fungsi dan tugasnya, seorang bidan harus didasarkan pada kemampuan dan
kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes), yang menyangkut wewenang bidan. Sedangkan wewenang bidan
tersebut selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Permenkes tersebut adalah
secara urut sebagai berikut :
a. Permenkes No. 5380/1/1963,
wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri,
didampingi tugas lain.
b. Permenkes No. 363/IX/1989,
dalam hal ini wewenang bidan dibagi menjadi dua yakni wewenang umum dan
wewenang khusus, yang ditetapkan bila bidan melaksanakan tindakan khusus di
bawah pengawasan dokter Pelaksanaan dari Permenkes ini, yakni bahwa bidan dalam
pelaksanaan praktek perorangan dibawah pengawasan dokter.
c. Permenkes No. 572/VI/1996,
di sini wewenang mengatur tentang registrasi dan praktek bidan. Bidan dalam
pelaksanaan prakteknya diberi kewenanga yang bersifat mandiri. Kewenangan
tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksakan tindakan.
Dalam wewenang tersebut mencakup :
1. Pelayanan kebidanan yang
meliputi pelayanan ibu dan anak, yakni :
a) Pelayanan Keluarga
Berencana.
b) Pelayanan Kesehatan
Masyarakat
d. Kepmenkes No.
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan revisi dan
permenkes No. 572/VI/1996.
Di
dalam melaksakan tugasnya, bidan harus melakukan kolaborasi, konsultasi dan
merujuk, sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya.
Di
dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang melakukan pelayanan kebidanan
yang bertujuan untuk menyelamatkan jiwa pasien. Di dalam aturan tersebut juga
di tegaskan bahwa bidan di dalam melaksanakan praktek harus sesuai dengan
kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalaman serta berdasarkan standar
profesi.
Pencapaian
kemampuan bidan sesuai dengan Kepmenkes No. 900/2000 tidaklah mudah, karena
kewenangan yang diberikan Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan
kemampuan bidan sebagai tegana professional dan mandiri.
Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya
pelayanan kebidanan di Indonesia adalah masih tingginya mortalitas dan
morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, mengingat hal itu, maka penting bagi
bidan untuk untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan kebidanan karena
bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi
diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah
ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak
atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun
pelatihan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sejarah perkembangan pelayanan
kebidanan di Indonesia
setiap waktu mengalami perkembangan, baik suatu kemajuan atau justru suatu
kemunduran. Setiap perkembangan memiliki alasan tersendiri, mengapa mengalami
kemajuan dan kemunduran. Perkembangan pelayanan kebidanan di Indonesia tidak lepas dari masa
penjajahan belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah dalam
pelayanan tenaga kesehatan, kebutuhan masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi.
Perkembangan kebidanan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Manfaat dari belajar sejarah kebidanan yaitu dapat mengetahui keadaan
jaman dahulu, membandingkankan
jaman dahulu dengan sekarang, memilih dengan praktik dan pengalaman masa lampau
apa yang baik dan membuang yang kurang baik,mengetahui perkembangan praktik kebidanan
hingga didapatkan kondisi yang sekarang.
3.2. Kritik & Saran
Dengan kerendahan hati penulis, penulis sadar bahwa dalam
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi kata maupun isi.
Demi kesempurnaan makalah penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk menyempurnakan
makalah ini.
Terimakasih sangat membantu .
BalasHapus